Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STFD) bersama Ikatan Keluarga Alumni Driyarkara (IKAD) sukses menggelar diskusi sosial politik pada hari, Jum’at (10/11/2023) lalu di Aula STF Driyarkara, Jakarta.
Diskusi dengan judul “Senja Kala Demokrasi Indonesia” itu digelar secara hybrid dengan ratusan peserta yang hadir, daring dan luring.
Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut adalah Dosen Filsafat Moral STFD, Dr. Dwi Kristanto, wakil Ketua IKAD Arif Susanto, Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti, dan perwakilan mahasiswa STF Driyarkara Aida Pincessa Leonardo.
Di puncak acara diskusi tersebut, Ketua Gerakan Sosial Senat Mahasiswa STF Driyarkara, Andreas Sujana, membacakan seruan mahasiswa terkait tercemarnya laku politik dan hukum di negara ini hari-hari belakangan.
Berikut teks lengkap seruan itu.
Teman-teman demikian telah kita dengar bersama pemaparan dari para pembicara kita. Menjadi jelas kemudian bagaimana dinamika politik Indonesia belakangan ini banyak menyedot perhatian masyarakat.
Akan tetapi, alih-alih masyarakat merasa makin dekat dengan masa depan yang lebih cerah, yang terjadi malah kebalikannya–sandekala. Yang terluka tak kunjung mendapatkan keadilan yang dijanjikan. Yang muda hanya dijadikan barang dagangan demi memenangkan suara.
Jakov Milatovic jadi presiden Montenegro umur 36 taun. Gabriel Boric jadi presiden Chile umur 35 taun. Sanna Marin perdana mentri Finlandia umur 34 tahun. Irakli Garibashvili perdana mentri Georgia umur 31 taun.
Apa persamaan dari mereka semua? Mereka sama-sama pemimpin muda yg bapaknya bukan presiden aktif, pamannya tidak mengobok-obok UU utk meloloskan anggota keluarganya, dan partainya tidak memiliki ketua umum yang baru jadi anggota 2 hari sebelumnya, tanpa lewat kongres melainkan lewat ngopi-ngopi belaka.
Kami tidak menolak anak muda. Tapi, yang kita tolak adalah nepotisme. Sebab sistem yang nepotis akan memberangus kesempatan anak-anaka muda lain yang lebih layak dan kompeten.
- ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
SELAMATKAN REPUBLIK: SERUAN MAHASISWA
Kami adalah angkatan muda dari sebuah zaman campur aduknya klaim-klaim kebenaran. Zaman penuh manipulasi yang berani mengatasnamakan kebenaran, kedaulatan dan kepentingan rakyat padahal demi kepentingan culas kekuasaan.
Hukum digunakan untuk melegitimasi keinginan penguasa untuk mewariskan kekuasaan kepada keluarga. Lembaga konstitusional direcoki hingga hilang wibawanya. Contoh di Mahkamah Konstitusi beberapa waktu ini menunjukkan keculasan penguasa. Untuk itu semua, kami:
Meminta Dewan Perwakilan Rakyat menggunakan hak interpelasi untuk meminta penjelasan dari Presiden tentang dugaan intervensi eksekutif kepada mahkamah konstitusi. Kami ingin kepastian hukum dan tetap terjaganya perimbangan kekuasaan eksekutif—legislatif—yudikatif. Ketiganya tidak boleh ada dalam genggaman satu tangan.
Menuntut Anwar Usman mundur dari posisinya sebagai hakim konstitusi. Ia telah terbukti tercela,
Kepada seluruh pemuda dan mahasiswa Indonesia, baik di tanah air maupun yang sedang belajar di negeri-negeri lain, ini seruan untuk kita semua. Seruan untuk bergerak. Kita dipanggil untuk menggagalkan proyek antidemokrasi yang kini sedang dikerjakan penguasa.
Kita tidak boleh duduk diam. Pemilihan umum dan pemilihan Presiden/Wakil Presiden 2024 nanti sulit dipercaya akan menjadi pemilu yang jujur dan adil. Sepanjang nepotisme dalam pemilu/pilpres masih terjadi dan dibeking penuh oleh Presiden, pemilihan bukan arena demokrasi yang jujur dan adil. Hanya ada satu cara untuk memastikan asas fairness dihormati, yakni: pasangan yang didukung oleh penguasa dan perangkatnya itu mundur.
Bila itu tidak terjadi, maka kita siapkan perlawanan. Sejak merdeka dan ditegaskan oleh Reformasi 1998, kita telah memastikan satu pengelolaan negara: Republik. Bukan korporasi apalagi keluarga.
Maka, siapa pun yang berkehendak mengganggu republik kami, mereka adalah lawan kami.
Dibacakan hari Jumat, 10 November 2023
Di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara