Sore, 27 Oktober 2023, di Gedung Kompas Jalan Palmerah, ada peluncuran buku Rm Magnis teranyar , “Iman dalam Tantangan” Seorang pembicara, Rahib Buddhism, dipanggil, Bante, ceritakan satu kisah.
Di suatu pagi hari seorang pemuda yg galau bertanya pada Sidharta,”Apakah Tuhan Ada?”
Sidharta menjawab “Ada” alasannya ini ini ini “. Si pemuda pulang dengan semangat baru, mendapat pegangan hidup
Siang hari datang seorang pemuda yg garang, bertanya yg sama,”Apakah Tuhan Ada”
Sidharta menjawab “tidak ada”. Alasannya ini ini ini .Si pemuda garang itu pulang tidak sesemangat tadi..”
Sore hari dia kumpul bersama para pertapa Mereka bertanya yg sama, “Apa Tuhan ada?
Sidharta pun diam seribu bahasa…
Pertanyaannya menarik: ” bagaimana bisa dijelaskan Sidharta pagi siang sore jawabannya beda beda, esok kedele sore tempe.”?
Jawaban atas tiga gejala ini menarik masuk di akal. apa itu?
Rm Magnis dalam kesan penutup peluncuran tetap mencoba bersikap objektif soal Tuhan dan kehidupan di seberang sana yang tetap misteri itu..
Kabar gembira yang dibawanya pasti menyenangkan , dan satu kalimat ini melekat di benak pendengar, ” Allah dalam pemahaman agama yang saya anut, tetap mengasihi orang atheis yang tidak percaya kepadaNya”, (padahal yang setiap hari berteriak “Tuhan, Tuhan” belum karuan selamat juga)…Bagi yang ke gereja hanya kalau ingat tentu ikut bersyukur terima bonus tambahan ini…😁
Tapi ada sisi subyektip yang lupa beliau sampaikan secara persuasif dan meyakinkan, (katakanlah begitu, karena saya pas lagi menggeluti teks Inggris tentang warisan Yunani-Romawi , kumpulan “Retorika” 4BC-3 AD) . Tentulah publik akan dibuat terkesiap dengan efek dramatis bila Romo ungkapkan status ontologis dirinya yang memilih hidup membujang seumur hidup, semisal dengan kalimat berikut, “lihatlah saya ini, yang sampai renta begini tetap memilih hidup membujang, hanya untuk meyakin-yakinkan dan memasti-mastikan diri bahwa kehidupan di seberang sana itu ada, dan adanya ya seperti saya ini, tidak lagi kawin dan dikawinkan. Jadi tidak kawin dunia akhirat. Tapi persisnya seperti apa nanti, saya sendiri belum tahu. Soalnya yang telah pergi ke sana tidak lagi kembali menginformasikannya. Jadi inilah perjudian saya sepanjang 87 tahun.. “.
Maka pertanyaan sub judul, yang beliau tulis” apa kita masih percaya pada kehidupan di seberang sana ?” Itu pure pertanyaan retoris, sebuah dialektika terpimpin Plato yang berpura pura tidak tahu lalu bertanya pada murid muridnya, padahal dia sudah tahu dan sudah arahkan nanti jawaban para murid akan sampai di mana. (Metode kebidanan).
So, jawaban atas pertanyaan sub judul buku Rm Magnis itu sudah melekat ad hominem pada diri Rm Magnis sendiri yang lupa akan status ontologis ini, dan hanya alami Tuhan saat kemarin pengalaman hampir mati. Kata Heidegger, beliau sedang alami ‘kelupaan akan ada’.
Demikian resensi atas JUDUL BUKU. Isi belum baca. Datang dengan pengandaian terlalu optimistik, mengira yang mendaftar dan datang bakal diberi gratis satu buku, ternyata hanya untuk 35 pendaftar pertama.
Ya sudah nasib. 😁