Rekan-rekan akademisi dan peminat filsafat, mari hadir dan berpartisipasi dalam Kolokium Dwimingguan Masyarakat Filsafat Indonesia pada Senin, 3 Oktober 2022, 19.00-21.00 WIB, bersama Petrus Fidelis Ngo (narasumber) dan Hendar Putranto (moderator) dg tema:
“Dialektika Teori dan Praksis dalam Terang Filsafat Pragmatisme Richard Rorty.”
Sinopsis: Sejarah perkembangan filsafat adalah suatu sejarah pertentangan. Pada satu masa, filsafat sangat menekankan aspek teoritis dan pada masa lain dominasi praksis menjadi sangat kuat. Keduanya saling bertentangan karena mengusung ideal dan prinsip berfilsafat yang berbeda. Pada ranah teoritis terbentang sejumlah konsep filsafat yang abstrak, esensialis, idealis, rasionalis dan absolut. Bagi Richard Rorty (1979: 3), pandangan semacam ini lahir dari anggapan bahwa filsafat selalu mendiskusikan persoalan yang abadi dan kekal serta muncul segera ketika sesuatu direfleksikan.
Berbeda dengan filsafat teoritis, filsafat praktis memahami dunia sebagai medan yang membantu manusia mengekspresikan dirinya secara utuh. Tuntutan filsafat praktis terletak pada tindakan konkret yang membantu pemenuhan diri subjek secara otentik. Filsafat praktis mengembalikan manusia pada kesadaran bahwa dirinya adalah subyek yang mengada dalam dunia (being-in-the world). Manusia harus melakukan sesuatu untuk mencapai kebahagiaan hidupnya sendiri dan perkembangan komunitas di mana ia berada.
Pertentangan antara dua corak filafat tersebut membawah pengaruh yang luar biasa bagi perkembangan pengetahuan. Jika ia tetap dibiarkan, maka orang condong mendewakan yang satu dan menyepelekan yang lain. Lebih jauh, risiko paling banter yang dapat muncul yaitu bahwa orang akan meninggalkan filsafat karena terkesan kaku dan membosankan. Pada titik ini, dibutuhkan sebuah dialektika untuk membangun sinergi antara corak filsafat teoritis dan praktis. Dialektika dapat menjadi jalan untuk mengembangkan filsafat menjadi lebih kuat.
Richard Rorty (1931-2007) merupakan satu dari sekian banyak filsuf pragmatis yang berusaha mencari jalan keluar bagi perbedaan antara dimensi teoritis dan praktis. Penjelajahan intelektualnya pada sejumlah teks filsafat menghantar Rorty untuk merumuskan sebuah “jembatan penghubung” antara dimensi teori dan praksis. Baginya, kedua corak filsafat tersebut memang berbeda, tetapi tidak ada kemungkinan untuk tidak melihat pertemuan antara keduanya. Hal itu berarti, baik filsafat teoritis maupun praktis memiliki kemungkinan untuk saling membangun hubungan. Rorty mengafirmasi adanya kutub-kutub yang memperantarai pertemuan antara filsafat teoritis dan praktis. Meski demikian, model dialektika dalam pragmatisme Rorty perlu dibaca sebagai solusi alternatif dari pencarian struktur penghubung yang mentematisiasi makna teori dan praksis. Rorty sama sekali tidak menganggap bahwa dialektika yang dibangunnya menjadi solusi yang mutlak. Itulah sebabnya ia dikenal sebagai sosok pribadi yang antimetode dan anti-esensialis. Dialektika yang digagasnya bukan sebuah diktum yang terlampau dogmatis, tetapi menjadi diskursus yang terbuka pada perdebatan-perdebatan konstruktif.
Klik link ini untuk bergabung dalam zoom meeting:
https://telkomsel.zoom.us/j/94174249490?pwd=N1BDWDFhcUhBeW1ESDhiMWN6dG1udz09
Meeting ID: 941 7424 9490
Passcode: MFI
Kolokium ini diadakan rutin setiap 2 minggu, terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya.
Narahubung: https://wa.me/+6281219174136 (Ruth).