Hukuman mati bukan isu baru. Praktik ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18 SM. Akan tetapi, lebih dari perkara usia, ia merupakan salah satu simpul permenungan hukum maupun filsafat. Ia terkesan purba, menjadi batu sandungan dalam masyarakat beradab, tetapi juga titik impas bagi kejahatan maksimal. Ambivalensi itulah yang membuatnya sulit diputuskan. Pro atau kontra terus memperkuat argumentasi. Pada tataran legal, perdebatan itu cenderung “final”. Hukum kita mengatur itu. Akan tetapi, Pada tataran etis persoalan itu masih terbuka. Jarak itulah yang mesti kita tempuh dalam diskusi kali ini.
Melibati pertanyaan-pertanyaan:
a) Bagaimana hukuman mati secara etis dinilai?
b) Jika hukuman mati ditentang, jenis hukuman seperti apakah yang dapat dijalankan supaya efektif dalam menekan kejahatan dan menciptakan keamanan dalam masyarakat?
c) Mengapa hukuman mati dipertahankan?
d) Secara umum, apakah keadilan itu sendiri selalu mensyaratkan adanya hukuman?
Ikatan Alumni Driyarkara (IKAD) di dukung oleh Center for Research on Ethics Economy and Democracy (CREED) mengadakan diskusi publik dengan Topik:
📖 Pro-Kontra Hukuman Mati: Menembus Batas-batas Legal
Pembicara:
a) Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, (Guru Besar Emeritus Filsafat STF Driyarkara);
b) Dr. Albert Aries, S.H., M.H. (Pengajar Hukum Pidana FH Trisakti);
c) Bpk. Uli Parulian Sihombing (Komisioner Komnas HAM)
Moderator: Bung Syarif Maulana (Pengajar Kelas Isolasi)
🗓Waktu: Jum’at, 3 Maret 2023,
🕰Pk. 15.00-17.30 WIB
Diskusi ini dibuat dalam bentuk hybrid (daring-luring).
Untuk luring lokasinya di:
📍 Sadjoe Cafe & Resto
Jl. Prof. Dr. Soepomo No. 33A Tebet Barat Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan
Karena kuota terbatas, kami menyediakan link pendaftaran bagi yang mau hadir secara fisik di sini:
https://forms.gle/MbteG8as3CzXeTPS8
Bagi peserta yang tidak kebagian kuota luring bisa mengikuti secara daring melalui
📡 link Zoom ini: https://bit.ly/3xYFgio
Narahubung:
Patris – 081237463385
