Home Agenda Jangan Lupa Selasa : Etika Pengenalan Diri Menurut Platon

Jangan Lupa Selasa : Etika Pengenalan Diri Menurut Platon

891
0

Diskusi rutin “Jangan Lupa Selasa” (JLS), Selasa, 8 Februari 2022, pukul 19.00 -21.00.
Tema: Etika Pengenalan Diri Menurut Platōn

Inti ajaran Platōn adalah gnōthi seauton atau kenali dirimu, yang merujuk pada pengenalan jiwa sebagai diri sejati sekaligus entitas yang terpisah dari tubuh. Ini merupakan dualitas berbeda dari yang biasa dikenal dalam konsepsi psikologi modern. Dalam perjalanan waktu, dualitas ini tak lagi dikenali, terutama semenjak konsepsi The Great Chain of Being (pandangan tentang realitas yang bertingkat-tingkat) hilang dari panorama filsafat Barat di abad ke-18. Kini, diri dipahami lebih sebagai konstitusi etis yang mengarahkan tindak tanduk seseorang, sedangkan jiwa tak lebih dari ilusi ciptaan saraf dan otak yang paling jelas terlihat pada fenomena psikosomatis.

Selain itu juga ihwal sapienza poetica (kebijaksanaan puitis) yang tak lagi dikenali karena digantikan oleh zweckrationalität (rasionalitas instrumentalistik) sehingga membuat bingung banyak pembaca modern saat berhadapan dengan berbagai mitos yang digunakan oleh Platōn, terutama dalam karya masa tuanya. Kesemua itu merupakan beberapa faktor pembias yang sebaiknya disadari terlebih dahulu oleh para pembaca modern atas karya Platōn, sehingga bisa mengantarkan ke pemahaman ihwal filsafat sebagai latihan mati sebelum mati, dan bukan sekadar kerumitan di kepala serta, merujuk pada Deleuze dan Guattari, bahwa filsafat adalah seni mencipta konsep baru yang menjadi milik seorang filsuf.

Terkait gnōthi seauton, Platōn berpandangan bahwa manusia bisa mengenal dirinya melalui pengenalan areté atau keutamaan setiap diri, serta bagaimana keutamaan itu ditempatkan secara adil (dike) dan disadari batasannya (sophrosune). Keutamaan tersebut diwujudkan melalui energi minimal atau sesuatu yang paling optimal untuk dilakoni oleh setiap individu berupa kecakapan (tékhnē) yang pertama-tama diperuntukkan bagi yang lain, dan barulah kemudian diperuntukkan bagi diri sendiri.

Ketidakpahaman akan hal inilah yang seringkali menjadi kritik yang tak tepat sasaran terhadap etika eudemonisme dari Platōn. Ini pula perbedaan utamanya dari pandangan ateleologis à la dunia modern yang memandang manusia sebagai makhluk tanpa tujuan akhir, terserah mau menjadi apa sekehendaknya, tak ubahnya Mr. Bean yang begitu saja terjatuh—entah dari mana, entah hendak ke mana, dan entah siapa dirinya.

Terkait pengenalan diri ini, Platōn menuliskan bagaimana Sōkratēs menggambarkan perannya sebagai bidan (maietike) dan bertugas membantu kelahiran pengetahuan autentik yang dibawa dalam diri para muridnya. Selain itu, juga peran daimónion, wujud penuh teka-teki sekaligus kontorversial yang Sōkratēs gambarkan selalu melarangnya jika dia hendak melakukan sesuatu yang bukan “pekerjaannya”, namun diam saja jika Sōkratēs mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan capaian pengenalan dirinya.

Ikuti lebih lanjut pembahasannya dalam Webinar Jangan Lupa Selasa persembahan Alumni STF Driyarkara yang untuk kali ini akan mengangkat topik:

ETIKA PENGENALAN DIRI MENURUT PLATŌN

Pembicara: Alfathri Adlin
(Alumni STF Driyarkara)

Hari/tanggal: Selasa, 8 Februari 2022
Pukul : 19.00 – 21.00 WIB

Gratis dan terbuka untuk umum

Topic: ETIKA PENGENALAN DIRI MENURUT PLATŌN
Time: Feb 8, 2022 07:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/86157557884…

Meeting ID: 861 5755 7884
Passcode: 569892

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here